Rabu, 17 Desember 2014

Peranan Seorang Guru Wanita Pertama

Syifa Binti Abdullah, Guru Perempuan Pertama dalam Sejarah Islam

Tahukah kamu, Syifa Binti Abdullah ra adalah seorang qadhi (hakim) perempuan yang ditunjuk oleh khalifah Umar bin Khatab ra untuk mengawasi kecurangan di pasar-pasar? Dia juga memiliki otoritas untuk menghukum pihak yang bersalah jika ketahuan melakukan malpraktek.

Syifa binti abdullah adalah seorang ulama perempuan yang cerdas, Umar bin Khatab ra selalu mendengarkan pendapat-pendapatnya. Syifa binti abdullah ra juga seorang guru perempuan pertama dalam sejarah Islam, salah satu muridnya adalah ummul mukminin Hafshah binti Umar bin Khatab ra. Dia pun diberkahi dengan pengetahuan di bidang kedokteran.

Suatu ketika Syifa berkunjung ke rumah Nabi SAW. “Ajarkanlah pada Hafshah tentang sakit anesthesia (mati rasa), sebagaimana kau mengajarinya menulis!” kata Rasulullah.

Bahkan Nabi SAW mengakuinya sebagai tempat bagi dokter ahli mata (ophthalmologist), dan keahlian itu diturunkan pada anaknya, Sulaiman.

Syifa binti Abdullah juga seorang perawi hadits. Dia meriwayatkan beberapa hadits dari Nabi saw, juga dari Umar bin Khathab. Beberapa orang ikut meriwayatkan hadits yang berasal darinya, seperti anaknya Sulaiman bin Abu Khaitsumah, kedua cucunya (Abu Bakar dan Utsman), Abu Ishaq, dan Hafshah Ummul Mukminin. Abu Daud juga meriwayatkan hadits yang berasal dari periwayatannya.

Sahabiyah ini adalah seorang perempuan multi talenta yang sangat didukung oleh Islam, kehidupan Syifa adalah contoh bagi perempuan semua generasi.

Islam telah memberikan posisi terhormat ini pada perempuan 14 abad yang lalu, ketika seluruh dunia masih menindas perempuan dan hanya menganggapnya sebagai objek semata. Kisah Syifa ra dan sahabiyah lainnya menunjukkan pada kita bahwa hanya Islamlah yang dapat memerdekakan perempuan di dunia ini! 

#Arsitek_Peradaban  
#Guru_Wanita_Pertama  

Minggu, 14 Desember 2014

Peranan Bimbingan Kelompok (Mentoring, Halaqoh)

       Menjadi seorang guru, / pendidik mestilah tampil dengan baik dan seprima mungkin demi guna terlihat dan dapat menjadi suri tauladan dan panutan yang baik, lantas apa jadinya pendidik yg tak baik? Apakah dapat menghasilkan output yang baik pula? Tentu saja tidak, namun kebaikan itu bukan hanya kecerdasannya dlm mengajar, sudah bnyak tokoh orang cerdas yang dibodohi oleh kecerdasannya sendiri dn dibuat buta oleh kecerdasannya yg menyulap dirinya menjadi prilaku angkuh dan sombong seakan mengetahui segalanya, bahkan memikirkan hal yang sebenarnya diluar jngakauan akal manusia, seperti bentuk / wujud ALLAH itu sendiri dan pemikiran konyol lainnya yang di luar batas akal pemikirannya.

          Ya, itulah kecerdasan tanpa akhlak, ilmu yang tak dibimbing oleh hati, semakin pandai bukan semakin tunduk pada kebaikan, melainkan jauh dari kebenaran hakiki.Namun dlm konsepan FKIP yg madani, mereka berharap dpt mencetak dn mengeluarkan guru2 yg bkn hnya cerdas dlm mengajar dn mmbuat pengajaran pembelajaran, dng konsepan mentoring (pembinaan) serta keadaan yg ckup terkondisikan mereka berharap bhwasanya seorang guru yg baik adalah yg memahami dn mengamalkan ilmu brlandaskan moral, kecerdasan akal yg selalu padu dngan ketajaman hati dn kehalusan pekerti hanya dpt diciptakan oleh IQ, EQ dn SQ yg berbnding lurus serta imbang.

          Sekarang, maukah kita memperbaiki kualitas kita disini? Bukan hanya belajar, bukan hanya sekedar ijazah ber IPK 3, namun ada yang lebih penting disini, sesuatu yang menjadi filter, serta tali pinggang dalam menahan dan mengukur, menjadi pondasi dalam berfikir dan bertindak serta berprilaku.
Sesuatu yg ditawarkan oleh FKIP yang MADANI, sesuatu yg dipandang remeh dn sebelah mata oleh kebanyakan kita, sesuatu yg mulai terabaikan, terlupakan, dan menyebabkan kerusakan yang terjadi dalam pendidikan sekarang, sesuatu yg sederhana dan sudah diajarkan sejak dini namun kurang kita pahami hakikatnya.

             Pilihannya untuk mempelajari sesuatu itu ada dihati kita masing-masing, ya / tidak jawabpan kita, Akan berpengaruh pada kualitas individu masing-masing diri kita, dan ingat murid yang baik tak akan terlahir dari seorang guru yang buruk.

         Apabila tujuanku masuk FKIP hanya untuk menjadi PNS, ku pastikan muridku dan generasi penerus hanya "NOL" hanya dengan bermodal suplay jawabpan bocoran dan nilai kasihan / tembak yang ku beri nantinya.
Fkip madani menawarkan lebih dari itu, jawabpan ku Ya!!

           Aku akan mengambil apa yg telah ditawarkan oleh Fkip madani ini, demi menempa perbaikan kualitas yg lebih baik lagi, semakin baik dan berkualitas diriku, bukan hanya sekedar mimpi dapat menghasilkan output yang baik pula dengan akhlak yang luhur.

        Semua ditentukan oleh akhlak, mau atau tidaknya kita mempelajari ini, tergantung diri kita, yang pasti FKIP MADANI menawarkan pembinaan ini, inilah yang istimewa dari kampus biruku

#yuk_ngaji
#yuk_mentoring
#yuk_halaqoh




Dalam pendidikan dikenal 3 kecerdasan dalam diri seorang individu ada IQ,EQ, dan SQ, kita acap kali mengkesampingkan kecerdasan SQ dari dua kecerdasan lainnya, yang tanpa kita sadari SQ inilah yg justru menjadi jembatan penghubung antara kedua kecerdasan lainnya.Ilmu yang tidak dibimbing oleh qolbu, semakin pandai bukan semakin tunduk pada kebaikan, melainkan semakin jauh dari kebenaran yang hakiki, kecerdasan akal yang selalu padu dengan ketajaman mata hati dan kehalusan pekerti inilah yang dilatih dalam mentoring, liqo, ataupun halaqoh dari "lingkaran kecil" menuju perubahan yg besar.
Didalam uu no.20/2003 tentang sistem pendidikan nasional, tercantum pengertian pendidikan: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, banga dan negara”
Selanjutnya menurut unesco, badan PBB yang menangani bidang pendidikan menyerukan kepada seluruh bangsa-bangsa di dunia bahwa, jika ingin membangun dan berusaha memperbaiki keadaan seluruh bangsa, maka haruslah dari pendidikan, sebab pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban.
Semenjak manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia telah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini kehidupan mereka. Bahkan pendidikan adalah suatu yang alami dalam perkembangan peradaban manusia.

Sementara di dalam al-qur’an dengan sangat jelas allah swt berjanji akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dan beriman: yarfa’illahulladzina amanu walladzina utul ’ilma darajat (Qs. Al-mujadilah [58]: : 11). Ayat ini menunjukkan bahwa proses memperoleh ilmu atau pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi tidak perlu diragukan bahwa pendidikan merupakan sarana terbaik untuk menunjang kesejahteraan dunia dan akhirat...mengapa? karena ilmu yang di dapat dari pendidikan itulah aset yang akan mengangkat derajat manusia baik dihadapan sesama manusia sekaligus pembeda terhadap makhluk lainnya, semenjak manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia telah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini kehidupan mereka. 

Sabtu, 13 Desember 2014

Peranan Pemuda

Para pemuda -semoga Allah merahmati kalian- bukanlah sesuatu yang asing bagi kita bahwa kaum muda adalah pelopor berbagai perubahan di berbagai penjuru dunia.

Namun, yang menjadi pertanyaan ialah ke arah mana perubahan itu hendak dijalankan; kepada kebaikan ataukah keburukan? Sementara kita semua menyadari kandungan firman Allah (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. ar-Ra’d: 11).

Dari situlah, maka kesadaran generasi muda untuk menjadi garda terdepan perjuangan umat Islam merupakan modal besar perubahan ini. Para pemuda yang tidak terlalaikan oleh kesenangan dunia yang fana dan tidak terpedaya oleh tipu daya Iblis dan bala tentaranya yang kian hari kian menggoda. Para pemuda yang mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas segala-galanya. Yang dengan kecintaan itu mereka rela berjuang di jalan-Nya, dengan harta mereka, ilmu, bahkan kalau perlu nyawa mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan tidak pernah berperang atau tidak pernah terbersit di dalam hatinya keinginan untuk berperang maka dia meninggal di atas salah satu cabang kemunafikan.” (HR. Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Seorang mujahid itu adalah yang berjuang menundukkan hawa nafsunya dalam rangka ketaatan kepada Allah.” (HR. Ahmad).

Para pemuda -semoga Allah menambahkan kepada kita ilmu dan kesabaran- sesungguhnya kondisi akhir zaman yang dipenuhi dengan fitnah dan kekacauan membutuhkan kehadiran sosok para pemuda yang ‘tumbuh di atas komitmen untuk tetap beribadah kepada Allah‘, para pemuda yang ‘hatinya bergantung di masjid’, para pemuda ‘yang memiliki rasa takut yang dalam kepada Rabbnya’, para pemuda yang ‘beriman, beramal salih, saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran’, para pemuda yang ‘apabila diingatkan tentang Allah maka muncullah rasa takut dan khusyu’ di dalam hati mereka’, para pemuda yang ‘apabila dibacakan ayat-ayat-Nya maka bertambahlah iman mereka’, para pemuda yang ‘bertakwa kepada Allah di mana saja mereka berada’, para pemuda yang ‘berdakwah kepada tauhid di atas ilmu yang nyata’, para pemuda yang ‘memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar’, para pemuda yang menjadi ‘teladan dalam kebaikan, senantiasa patuh kepada Allah, cenderung kepada kebenaran dan berlepas diri dari segala praktik kemusyrikan’, para pemuda ‘yang senantiasa mengembalikan perselisihan mereka kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya’, para pemuda yang ‘senantiasa menghormati kedudukan para ulama dan penguasa umat Islam’, para pemuda yang ‘mengisi hari-harinya dengan dzikrullah’ dan ketaatan serta ‘menjauhi nyanyian setan’ dan ‘menjauhkan diri dari pintu-pintu kemaksiatan’.

Pada hari ini, wahai para pemuda… manusia-manusia yang tidak mau mengenal agama -bahkan membencinya- tak ubahnya seperti srigala berbulu ‘biduanita’. Mereka menjual agama demi mendapatkan fatamorgana, mereka menggiring para pemuda untuk sedikit demi sedikit meninggalkan benteng-benteng agama (yaitu majelis ilmu dan kitab para ulama) menuju ‘kamp-kamp pembantaian’ yang telah merusak agama, harga diri dan kehormatan ribuan para pemuda. Para pemuda yang telah menjadi tawanan Iblis, para pemuda yang lalai akan tujuan hidupnya, para pemuda yang tercipta seolah-olah hanya untuk dunia, para pemuda yang tidak mengenal masjid kecuali hari Jum’at saja, para pemuda yang tidak mengenal al-Qur’an kecuali di saat Yasinan pula, para pemuda yang tidak mengenal salawat kecuali di sela-sela antara adzan dan iqomat -itupun salawat yang dibuat-buat-, para pemuda yang silau oleh kebudayaan barat dan lupa akan keteladanan kaum salaf kebanggaan umat. Aduhai, para pemuda… dimanakah kalian berada? Musuh berada di hadapan, sementara kalian terbirit-birit meninggalkan benteng pertahanan!! Allahul musta’aan…

Artikel : 
abumushlih.com